MAKALAH
PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
(Masalah-masalah
yang di alami anak berbakat)
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV
A1B113018
JURUSAN BIMBINGAN
DAN KONSELING
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2015
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim alhamdulillahi rabbil alamein kami panjatkan puja dan puji syukur kepada allah SWT. Atas segala rahmat dan nekmatnya yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik sekalipun banyak diantara kekurangan dan kesalahan yang ada pada makalah ini.
Shalawat dan salam semuga tetap
menetes kepada baginda kita nabi besar Muhammad Saw. Yang telah membimbing
kita, memberikan jalan dan mutifasi yang baik demi kesejahteraan kita baik di
dunia maupun di akhirat. Amien. Karena beliau jugalah yang menjadi figur kita
pemimpin yang baik, serta ilmuan yang tidak ada duanya. Sesuai dengan sabdanya
rasululah ”Khairunnasi Anfauhum linnas”.
Harapan kami kepada pembaca agar
dapat mengambil kabaikan yang kami kemukakan dan kami tunggu keritikan dan
saran untuk lebih mengembangkan kwalitas pendidikan yang tak hanya bertumpu
pada pelajaran saja tetapi bagaimana perbuatan kita bisa lebih baik dari yang
sebelumnya. Amien.
Kendari, September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………………………………….. i
Kata
Pengantar………………………………………………………………….....ii
Daftar Isi………………………………………………………………………...…iii
BAB I PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang………………………………………….……………...
b.
Rumusan Masalah…………………………………………….………..
c.
Tujuan………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
a.
pengertian
anak berbakat …………………………………..………….
b.
permasalahan
yang dapat terjadi pada anak berbakat…………………
c.
pihak
yang berperan pada anak berbakat………………………………
BAB III PENUTUP
a.
Kesimpulan……………………………………………………….….
b.
Saran………………………………………………………………....
Daftar Pustaka……………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, dkk. 2006. Bimbingan
Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: UPI Press.Wardani, dkk. 2008. Materi Pokok
Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perhatian terhadap pendidikan anak berbakat sebenarnya sudah dikenal sejak
2000 tahun yang lalu.
Pengembangan sumber daya manusia berkualitas yang mampu mengantar Indonesia ke
posisi terkemuka, atau paling tidak sejajar dengan negara-negara lain pada
hakikatnya menuntut komitmen akan dua hal, yaitu: 1) Penemukenalan dan
pengembangan bakat-bakat unggul dalam berbagai bidang, dan 2) penumpukan dan
pengembangan kreativitas -yang pada dasarnya dimiliki setiap orang- tapi perlu
ditemukenali dan dirangsang sejak usia dini.
Seorang anak
dikatakan anak luar biasa karena ia berbeda dengan anak-anak lainnya. Perbedaan
terletak pada adanya ciri-ciri yang khas yang menunjukkan pada keunggulan
dirinya. Namun, ‘keunggulan’ tersebut selain menjadi sebuah kekuatan dalam
dirinya sekaligus menjadi ‘kelemahan’. Yang dimaksud sebagai kelemahan di sini
adalah diabaikannya ia sebagai individu yang memiliki hak sama dalam
mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dirinya.
B. Rumusan
Masalah
1.
jelaskan
pengertian anak berbakat?
2.
Apa
saja permasalahan yang dapat terjadi pada anak berbakat?
3.
Siapa
saja pihak yang berperan pada anak
berbakat?
C.
Tujuan
Makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat :
1. Mengetahui pengertian anak
berbakat.
2. Memahami permasalahan yang
dapat terjadi pada anak berbakat
3. Mengetahui pihak yang
berperan pada anak berbakat
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Pengertian bakat atau aptitude berbeda dengan kemampuan (ability) dan prestasi (achervement). Bakat diartikan sebagai
kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau
dilatih agar dapat terwujud. (Munandar dalam Psikologi Umum,180). Bakat adalah
kemapuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau ketermapilan yang relative
bisa bersifat umum ataupun khusus. (Alex Sobur,181)
Kemampuan adalah daya untuk
melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan
menunjukkan bahwa suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.
Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan dapat dilaksanakan sekarang dan
dikembangkan dimasa mendatang apabila kondisi latihan dikemukanan secara optimal
sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat
dilakukan di masa yang akan datang.
Bakat menentukan prestasi sesorang.
Misalnya orang yang memiliki bakat matematika dan diperkirakan akan mampu
mencapai prestasi tinggi dalam bidang itu. Jadi prestasi merupakan perwujudan
dari bakat dan kemapuan. Prestasi yang sangat menonjol dalam salah satu bidang,
mencerminkan bakat yang unggul dalam bidang tertentu.
Anak berbakat anak-anak yang
diidentifikasi oleh orang-orang profesional, yang karena kemampuannya yang
sangat menonjol, dapat memberikan prestasi yang tinggi.
Syamsu Yusuf dalam Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan, 158 mengatakan bahwa anak berbakat adalah mereka yang tingkat
integelensinya jauh diatas rata-rata anggota kelompoknya, yaitu IQ diatas 120.
Ahli lain yang menggunakan IQ sebagai kriteria dalam menentukan anak berbakat
adalah, Terman yang konsepnya mengenai keberbakatan hampir sekitar setengah
abad mendominasi psikologi dan pendidikan. Torrance melaporkan hasil studinya
mengenai kemampuan berfikir kreatif dalam kaitannya dengan keberbakatan. Ia
mengemukakan bahwa apabila keberbakatan semata-mata diidentifikasi berdasarkan
taraf intelegensi, maka sekitar 70% anak-anak yang tinggi kreatifitasnya tidak
akan termasuk ke dalam kelompok mereka yang disebut anak berbakat.
2.
Permasalahan yang Dapat
Terjadi pada Anak Berbakat
Kerentanan (vulnerability) anak berbarkat terletak
dalam tingkat kemungkinan yang lebih tinggi akan ketegangan emosional dan
konflik sosial yang memerlukan tingkat adaptasi yang tinggi agar tidak
mengganggu kesehatan mental dan berfungsinya secara umum. Kerentanan ini tampak
pada semua anak berbakat, tetapi kebanyakan dari mereka mampu menggunakan
kekuatan intelektual unggul mereka untuk penyesuaian diri secara efektif.
Namun, sebagian dari mereka kurang berhasil dalam penyesuaian diri ini
disebabkan oleh konflik yang mereka alami.
Menurut Utami Munandar, 2009
mengemukaakn ada tiga faktor yang menyebabkan anak berbakat dalam keadaan
rentan merupakan ciri kepribadian yang dapat menimbulkan kesulitan, menyebabkan
ketegangan bagi anak berbakat yaitu:
1. Karakteristik kepribadian
yang menyebabkan kerentanan anak berbakat ialah:
a.Perfeksionisme
Dorongan dalam untuk mencapai
kesempurnaan membuat siswa berbakat tidak putus asa dengan prestasinya yang
tidak dapat memenuhi tujuan-tujuan pribadinya. Dorongan akan kesempurnaan ini
dapat menyebabkan anak berbakat hanya mau memilih kegiatan tertentu jika ia
yakin akan bisa berhasil. Kritik terhadap diri sendiri yang berlebih dan taraf
aspirasi yang tidak realitis membuat banyak anak berbakat diliputi rasa tidak
mampu.
b. Kepekaan yang berlebihan (supersensitivity)
Sistem
saraf yang super sensitif dari anak berbakat membuatnya lebih peka dalam
pengamatan, menanggapi dirinya dan lingkungannya secara analitis dan kritis,
sehingga ia menjadi mudah tersinggung dan diliputi perasaan seperti dikucilkan.
Anak kecil yang berbakat sering digambarkan sebgai anak yang hiperraktif dan
perhatiannya mudah beralih
c. Kurang keterampilan sosial
ada anak berbakat yang sulit menyesuaikan dirinya dengan
lingkungn sosialnya, mereka lebih banyak menyendiri dan dapat dihinggapi rasa
kesendirian dn kesunyian. Di lain pihak ada pula anak berbakat yang ingin
populer dan menjadi pimpinan, hal ini dapat mengarah kekecenderungan untuk
mendominasi kelompoknya.
Sosialisasi dini dari anak berbakat sagat penting bagi
perkembangan mereka sebagai pemimpin masa depan. Mereka memerlukan bimbingan
orang dewasa untuk membantu mereka belajar bagaimana berperanserta sebagai
anggota kelompok, disamping juga memenuhi kebutuhan pribadi mereka.
2.
Kondisi lingkungan yang dapat
menyulitkan anak berbakat ialah:
a.
solasi sosial
Karena kurang memahami ciri-ciri dan kebutuhan anak
berbakat, orang dewasa dalam sikap dan perilaku mereka dapat menunjukkan
sentimen atau penolakan terhadap anak berbakat.
Demikian
pula kelompok sebaya dapat memberi tekanan terhadap anggota kelompokyang
menyimpang dari mayoritas, yang kreatif dan berbakat. Kondisi ini dapat
menyebabkan anak berbakat mengalami isolasi sosial.
b.
Harapan yang tidak realistis
Harapan
atau tuntutan yang tidak realistis terhadap anak berbakat dari pihak orang tua
atau orang dewasa lainnya dapat terjadi karena dua hal:
1) Kecenderungan untuk
menggeneralisasi sehingga anak berbakat diharapkan/dituntut
menonjol dalam semua bidang.
2)
Pelibtan
ego orang tua atau guru terhadap keberhasilan anak (ingin merasa bangga atas
prestasi anak)
c.
Tidak tersedia pelayanan
pendidikan yang sesuai
Ketidakpedulian terhadap
kebutuhan anak berbakat dan penolakan terhadap hak-hak mereka menyebabkan
masyarakat kurang memberikan kesempatan pendidikan yang sesuai bagi anak
berbakat. Akibat dari keterlantaran ini ialah bahwa siswa berbakat harus
menyelesaikan pendidikan formal mereka dalam sekolah yang lebih menekankan
konformitas terhadap “yang rata-rata”. Dalam iklim sosial ini anak “berbeda”,
hal ini dapat mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan mentalnya maupun
terhadap pertumbuhan dan perkembangannya secara menyeluruh.
Terkait dengan masalah anak berbakat Ohio’s State Board of Education telah
melakukan penelitian, yang hasilnya menunjukkan bahwa
1. banyak anak berbakat mengalami
“drop out” dari sekolah, karena tidak
memperoleh layanan akademik atau pembelajaran yang dibutuhkan,
2. anak berbakat yang tidak
mendapatkan tantangan, atau stimulasi yang dapat mengembangkan potensinya
cenderung kurang siap menerima tantangan, tugas-tugas sekolah yang lebih tinggi
3. 85% anak berbakat mengalami
“underaciver” karena mereka tidak memperoleh layanan pendidikan yang
diharapkan, dan
4. Mereka sering mengalami rasa
bosan, kurang bersemangat, frustasi, rasa marah, dan merasa kurang berharga.
Terdapat
pula permasalahan anak berbakat yaitu:
1. Kemampuan berpikir kritis
dapat mengarah ke arah sikap
2. Meragukan (skeptis), baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain;
3. Pemberian Label/ sebutan pada
anak berbakat bahwa dirinya berbakat dapat menimbulkan harapan terhadap
kemampuan anak dan dapat menimbulkan beban mental pada dirinya dan kadang
mengakibatkan frustasi.
4. Resiko dan tekanan yang
menyertai potensi intelegensi tinggi dan sering mengarahkan anak yang
berpotensi tinggi untuk menjadi anak yang bersikap defensif.
5. Kemampuan kreatif dan minat
untuk melakukan hal-hal yang baru, bisa menyebabkan mereka tidak menyukai atau
lekas bosan terhadap tugas-tugas rutin;
6. Perilaku yang ulet dan
terarah pada tujuan, dapat menjurus ke keinginan untuk memaksakan atau mempertahankan
pendapatnya;
7. Kepekaan yang tinggi, dapat
membuat mereka menjadi mudah tersinggung atau peka terhadap kritik;
8. Semangat, kesiagaan mental,
dan inisiatifnya yang tinggi, dapat membuat kurang sabar dan kurang tenggang
rasa jika tidak ada kegiatan atau jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan
yang sedang berlangsung;
9. Dengan kemampuan dan minatnya
yang beraneka ragam, mereka membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat
menjajaki dan mengembangkan minatnya;
10 Keinginan mereka untuk
mandiri dalam belajar dan bekerja, serta kebutuhannya akan kebebasan, dapat
menimbulkan konflik karena tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk terhadap
tekanan dari orang tua, sekolah, atau temantemannya
11 ia juga bisa merasa ditolak
atau kurang dimengerti oleh lingkungannya;
12 Sikap acuh tak acuh dan
malas, dapat timbul karena pengajaran yang diberikan di sekolah kurang
mengundang tantangan baginya.
3.
Pihak yang Berperan pada Anak
Berbakat
1.
Peran Guru
a. Pertama-tama guru perlu
memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh
apa yang dilakukan guru, tetapi juga bagaimana guru melakukannya, guru pun
perlu memiliki pengertian tentang keterbakatan.
b. Guru hendaknya mengusahakan
suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan
anak.
c. Guru anak berbakat hendaknya
lebih banyak memberikan tantangan daripada tekanan
d. Guru anak berbakat tidak
hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi lebih-lebih proses
belajar.
e. Guru anak berbakat lebih baik
memberikan umpan balik daripada penilaian
f. Guru anak berbakat harus menyediakan beberapa alternatif
strategi belajar
g. Guru hendaknya dapat
menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa harga diri anak serta
dimana anak merasa aman dan berani mengambil resiko dalam menentukan pendapat
dan keputusan.
b.
Peran Orang Tua
Orang tua memegang peranan yang sangat penting bagi tumbuh kembang
anak berbakat istimewa :
a.
Memahami
konsep keberbakatan istimewa
b.
Perlu
dipahami bahwa anak yang memiliki potensi berbakat istimewa
c.
memerlukan
dorongan psikologis maupun materil yang berbeda maka
d.
pengasuhannya
diharapkan disesuaikan dengan karakteristik yang dimilikinya.
e.
Membuat
komunikasi dengan pihak sekolah dalam mengembangkan pendidikan bagi anaknya.
c.
Masyarakat
Suatu masyarakat yang berdasarkan pada hukum yang adil, yang
memungkinkan kondisi ekonomi dan psikologis baik bagi warga negaranya, merupakan
lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan kreatifitas. Terdapat sembilan
faktor sosiokultural yang kreatif.
a. Tersedianya sarana kebudayaan
b. Keterbukaan terhadap
rangsangan kebudayaan
c. Penekanan pada “becoming”
(menjadi) bukan sekedar hanya pada “being” (sekedar ada)
d. Memberikan kesempatan bebas
terhadap media kebudayaan bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi
e. Timbulnya kebebasan setelah
pengalaman tekanan dan tindakan keras
f. Keterbukaan terhadap
kebudayaan yang berbeda, bahkan yang kontras.
g. Toleransi dan minat terhadap
pandangan yang divergen
h. Adanya interaksi antara
individu-individu yang berpengaruh
i.
Adanya
insentif, penghargaan, atau hadiah
Selain
itu sangat dibutuhkan kerjasama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Keluarga dan sekolah dapt bersama-sama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi
anak berbakat, misalnya dengan memandu dan memupuk minat anak. Perlu
diadakan pertemuan berkala antara guru-guru yang membimbing anak berbakat
dengan orangtua anak berbakat untuk bersama-sama membicarakan dan mambahas
masalah-masalah yang timbul berkaitan dengan keberbakatan anak.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengertian
anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan yang lebih menonjol dari
aspek intelektual, kreatif, seni, kepemimpianan atau bidang akademik tertentu
yang menghasilkan prestasi tinggi.
Kerentanan
(vulnerability) anak berbarkat
terletak dalam tingkat kemungkinan yang lebih tinggi akan ketegangan emosional
dan konflik sosial yang memerlukan tingkat adaptasi yang tinggi agar tidak
mengganggu kesehatan mental dan berfungsinya secara umum. Kerentanan ini tampak
pada semua anak berbakat, tetapi kebanyakan dari mereka mampu menggunakan
kekuatan intelektual unggul mereka untuk penyesuaian diri secara efektif.
B.
Saran
Anak berbakat merupakan potensi lebih yang dimiliki oleh
anak yang perlu dikembangkan. Pengembangan anak berbakat perlu dilakukan oleh
dunia pendidikan yang lebih bermutu agar potensi-potensi luar biasa dapat
tergali secara maksimal.