Minggu, 01 November 2015

anak berbakat






MAKALAH
PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
(Masalah-masalah yang di alami anak berbakat)


 





DISUSUN OLEH: KELOMPOK IV
        
NADRA
A1B113018     




JURUSAN  BIMBINGAN  DAN  KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015













KATA PENGANTAR

            Bismillahirrahmanirrahim alhamdulillahi rabbil alamein kami panjatkan puja dan puji syukur kepada allah SWT. Atas segala rahmat dan nekmatnya yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik sekalipun banyak diantara kekurangan dan kesalahan yang ada pada makalah ini.
            Shalawat dan salam semuga tetap menetes kepada baginda kita nabi besar Muhammad Saw. Yang telah membimbing kita, memberikan jalan dan mutifasi yang baik demi kesejahteraan kita baik di dunia maupun di akhirat. Amien. Karena beliau jugalah yang menjadi figur kita pemimpin yang baik, serta ilmuan yang tidak ada duanya. Sesuai dengan sabdanya rasululah ”Khairunnasi Anfauhum linnas”.
            Harapan kami kepada pembaca agar dapat mengambil kabaikan yang kami kemukakan dan kami tunggu keritikan dan saran untuk lebih mengembangkan kwalitas pendidikan yang tak hanya bertumpu pada pelajaran saja tetapi bagaimana perbuatan kita bisa lebih baik dari yang sebelumnya. Amien.


Kendari,  September 2015
                                                                                               
                                                                                               
                                                                                                Penulis







DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………………………………….. i
Kata  Pengantar………………………………………………………………….....ii
Daftar Isi………………………………………………………………………...…iii
BAB I PENDAHULUAN
a.         Latar Belakang………………………………………….……………...
b.         Rumusan Masalah…………………………………………….………..
c.         Tujuan………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
a.         pengertian anak berbakat …………………………………..………….
b.         permasalahan yang dapat terjadi pada anak berbakat…………………
c.         pihak yang berperan pada anak berbakat………………………………
BAB III PENUTUP
a.         Kesimpulan……………………………………………………….….
b.         Saran………………………………………………………………....
Daftar Pustaka……………………………………………………………………












DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, dkk. 2006. Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: UPI Press.Wardani, dkk. 2008. Materi Pokok Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.


 








BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
      Perhatian terhadap pendidikan anak berbakat sebenarnya sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu. Pengembangan sumber daya manusia berkualitas yang mampu mengantar Indonesia ke posisi terkemuka, atau paling tidak sejajar dengan negara-negara lain pada hakikatnya menuntut komitmen akan dua hal, yaitu: 1) Penemukenalan dan pengembangan bakat-bakat unggul dalam berbagai bidang, dan 2) penumpukan dan pengembangan kreativitas -yang pada dasarnya dimiliki setiap orang- tapi perlu ditemukenali dan dirangsang sejak usia dini.
      Seorang anak dikatakan anak luar biasa karena ia berbeda dengan anak-anak lainnya. Perbedaan terletak pada adanya ciri-ciri yang khas yang menunjukkan pada keunggulan dirinya. Namun, ‘keunggulan’ tersebut selain menjadi sebuah kekuatan dalam dirinya sekaligus menjadi ‘kelemahan’. Yang dimaksud sebagai kelemahan di sini adalah diabaikannya ia sebagai individu yang memiliki hak sama dalam mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dirinya.

B.     Rumusan Masalah
1.      jelaskan pengertian anak berbakat?
2.      Apa saja permasalahan yang dapat terjadi pada anak berbakat?       
3.      Siapa saja pihak yang berperan pada anak berbakat?                        
C.    Tujuan
       Makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat :
1.      Mengetahui pengertian anak berbakat.
2.      Memahami permasalahan yang dapat terjadi pada anak berbakat    
3.       Mengetahui pihak yang berperan pada anak berbakat



BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian
                  Pengertian bakat atau aptitude berbeda dengan kemampuan (ability) dan prestasi (achervement). Bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih agar dapat terwujud. (Munandar dalam Psikologi Umum,180). Bakat adalah kemapuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau ketermapilan yang relative bisa bersifat umum ataupun khusus. (Alex Sobur,181)
                  Kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan dapat dilaksanakan sekarang dan dikembangkan dimasa mendatang apabila kondisi latihan dikemukanan secara optimal sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan di masa yang akan datang.
                  Bakat menentukan prestasi sesorang. Misalnya orang yang memiliki bakat matematika dan diperkirakan akan mampu mencapai prestasi tinggi dalam bidang itu. Jadi prestasi merupakan perwujudan dari bakat dan kemapuan. Prestasi yang sangat menonjol dalam salah satu bidang, mencerminkan bakat yang unggul dalam bidang tertentu.
                  Anak berbakat anak-anak yang diidentifikasi oleh orang-orang profesional, yang karena kemampuannya yang sangat menonjol, dapat memberikan prestasi yang tinggi.
                  Syamsu Yusuf dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, 158 mengatakan bahwa anak berbakat adalah mereka yang tingkat integelensinya jauh diatas rata-rata anggota kelompoknya, yaitu IQ diatas 120. Ahli lain yang menggunakan IQ sebagai kriteria dalam menentukan anak berbakat adalah, Terman yang konsepnya mengenai keberbakatan hampir sekitar setengah abad mendominasi psikologi dan pendidikan. Torrance melaporkan hasil studinya mengenai kemampuan berfikir kreatif dalam kaitannya dengan keberbakatan. Ia mengemukakan bahwa apabila keberbakatan semata-mata diidentifikasi berdasarkan taraf intelegensi, maka sekitar 70% anak-anak yang tinggi kreatifitasnya tidak akan termasuk ke dalam kelompok mereka yang disebut anak berbakat.


2.      Permasalahan yang Dapat Terjadi pada Anak Berbakat
                  Kerentanan (vulnerability) anak berbarkat terletak dalam tingkat kemungkinan yang lebih tinggi akan ketegangan emosional dan konflik sosial yang memerlukan tingkat adaptasi yang tinggi agar tidak mengganggu kesehatan mental dan berfungsinya secara umum. Kerentanan ini tampak pada semua anak berbakat, tetapi kebanyakan dari mereka mampu menggunakan kekuatan intelektual unggul mereka untuk penyesuaian diri secara efektif. Namun, sebagian dari mereka kurang berhasil dalam penyesuaian diri ini disebabkan oleh konflik yang mereka alami.
                  Menurut Utami Munandar, 2009 mengemukaakn ada tiga faktor yang menyebabkan anak berbakat dalam keadaan rentan merupakan ciri kepribadian yang dapat menimbulkan kesulitan, menyebabkan ketegangan bagi anak berbakat yaitu:
1. Karakteristik kepribadian yang menyebabkan kerentanan anak berbakat ialah:
 a.Perfeksionisme
                  Dorongan dalam untuk mencapai kesempurnaan membuat siswa berbakat tidak putus asa dengan prestasinya yang tidak dapat memenuhi tujuan-tujuan pribadinya. Dorongan akan kesempurnaan ini dapat menyebabkan anak berbakat hanya mau memilih kegiatan tertentu jika ia yakin akan bisa berhasil. Kritik terhadap diri sendiri yang berlebih dan taraf aspirasi yang tidak realitis membuat banyak anak berbakat diliputi rasa tidak mampu.

b. Kepekaan yang berlebihan (supersensitivity)
                 Sistem saraf yang super sensitif dari anak berbakat membuatnya lebih peka dalam pengamatan, menanggapi dirinya dan lingkungannya secara analitis dan kritis, sehingga ia menjadi mudah tersinggung dan diliputi perasaan seperti dikucilkan. Anak kecil yang berbakat sering digambarkan sebgai anak yang hiperraktif dan perhatiannya mudah beralih

c. Kurang keterampilan sosial
                 ada anak berbakat yang sulit menyesuaikan dirinya dengan lingkungn sosialnya, mereka lebih banyak menyendiri dan dapat dihinggapi rasa kesendirian dn kesunyian. Di lain pihak ada pula anak berbakat yang ingin populer dan menjadi pimpinan, hal ini dapat mengarah kekecenderungan untuk mendominasi kelompoknya.
                 Sosialisasi dini dari anak berbakat sagat penting bagi perkembangan mereka sebagai pemimpin masa depan. Mereka memerlukan bimbingan orang dewasa untuk membantu mereka belajar bagaimana berperanserta sebagai anggota kelompok, disamping juga memenuhi kebutuhan pribadi mereka.

2.      Kondisi lingkungan yang dapat menyulitkan anak berbakat ialah:
a.      solasi sosial
                 Karena kurang memahami ciri-ciri dan kebutuhan anak berbakat, orang dewasa dalam sikap dan perilaku mereka dapat menunjukkan sentimen atau penolakan terhadap anak berbakat.
                 Demikian pula kelompok sebaya dapat memberi tekanan terhadap anggota kelompokyang menyimpang dari mayoritas, yang kreatif dan berbakat. Kondisi ini dapat menyebabkan anak berbakat mengalami isolasi sosial.


b.      Harapan yang tidak realistis
                 Harapan atau tuntutan yang tidak realistis terhadap anak berbakat dari pihak orang tua atau orang dewasa lainnya dapat terjadi karena dua hal:
1)   Kecenderungan untuk menggeneralisasi sehingga anak berbakat       diharapkan/dituntut menonjol dalam semua bidang.
2)   Pelibtan ego orang tua atau guru terhadap keberhasilan anak (ingin merasa bangga atas prestasi anak)

c.       Tidak tersedia pelayanan pendidikan yang sesuai
                            Ketidakpedulian terhadap kebutuhan anak berbakat dan penolakan terhadap hak-hak mereka menyebabkan masyarakat kurang memberikan kesempatan pendidikan yang sesuai bagi anak berbakat. Akibat dari keterlantaran ini ialah bahwa siswa berbakat harus menyelesaikan pendidikan formal mereka dalam sekolah yang lebih menekankan konformitas terhadap “yang rata-rata”. Dalam iklim sosial ini anak “berbeda”, hal ini dapat mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan mentalnya maupun terhadap pertumbuhan dan perkembangannya secara menyeluruh.
                            Terkait dengan masalah anak berbakat Ohio’s State Board of Education telah melakukan penelitian, yang hasilnya menunjukkan bahwa
1.    banyak anak berbakat mengalami “drop out” dari sekolah, karena tidak memperoleh layanan akademik atau pembelajaran yang dibutuhkan,
2.    anak berbakat yang tidak mendapatkan tantangan, atau stimulasi yang dapat mengembangkan potensinya cenderung kurang siap menerima tantangan, tugas-tugas sekolah yang lebih tinggi
3.    85% anak berbakat mengalami “underaciver” karena mereka tidak memperoleh layanan pendidikan yang diharapkan, dan
4.    Mereka sering mengalami rasa bosan, kurang bersemangat, frustasi, rasa marah, dan merasa kurang berharga.

Terdapat pula permasalahan anak berbakat yaitu:
1.    Kemampuan berpikir kritis dapat mengarah ke arah sikap
2.    Meragukan (skeptis), baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain;
3.    Pemberian Label/ sebutan pada anak berbakat bahwa dirinya berbakat dapat menimbulkan harapan terhadap kemampuan anak dan dapat menimbulkan beban mental pada dirinya dan kadang mengakibatkan frustasi.
4.    Resiko dan tekanan yang menyertai potensi intelegensi tinggi dan sering mengarahkan anak yang berpotensi tinggi untuk menjadi anak yang bersikap defensif.
5.    Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal yang baru, bisa menyebabkan mereka tidak menyukai atau lekas bosan terhadap tugas-tugas rutin;
6.    Perilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, dapat menjurus ke keinginan untuk memaksakan atau mempertahankan pendapatnya;
7.    Kepekaan yang tinggi, dapat membuat mereka menjadi mudah tersinggung atau peka terhadap kritik;
8.    Semangat, kesiagaan mental, dan inisiatifnya yang tinggi, dapat membuat kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada kegiatan atau jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung;
9.    Dengan kemampuan dan minatnya yang beraneka ragam, mereka membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajaki dan mengembangkan minatnya;
10       Keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, serta kebutuhannya akan kebebasan, dapat menimbulkan konflik karena tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk terhadap tekanan dari orang tua, sekolah, atau temantemannya
11       ia juga bisa merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya;
12       Sikap acuh tak acuh dan malas, dapat timbul karena pengajaran yang diberikan di sekolah kurang mengundang tantangan baginya.
3.      Pihak yang Berperan pada Anak Berbakat
1.      Peran Guru
a.       Pertama-tama guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tetapi juga bagaimana guru melakukannya, guru pun perlu memiliki pengertian tentang keterbakatan.
b.      Guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak.
c.       Guru anak berbakat hendaknya lebih banyak memberikan tantangan daripada tekanan
d.      Guru anak berbakat tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi lebih-lebih proses belajar.
e.       Guru anak berbakat lebih baik memberikan umpan balik daripada penilaian
f.        Guru anak berbakat harus menyediakan beberapa alternatif strategi belajar
g.      Guru hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa harga diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani mengambil resiko dalam menentukan pendapat dan keputusan.

b.   Peran Orang Tua
                    Orang tua memegang peranan yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak berbakat istimewa :
a.          Memahami konsep keberbakatan istimewa
b.         Perlu dipahami bahwa anak yang memiliki potensi berbakat istimewa
c.          memerlukan dorongan psikologis maupun materil yang berbeda maka
d.        pengasuhannya diharapkan disesuaikan dengan karakteristik yang   dimilikinya.
e.         Membuat komunikasi dengan pihak sekolah dalam mengembangkan pendidikan bagi anaknya.
c.    Masyarakat
                        Suatu masyarakat yang berdasarkan pada hukum yang adil, yang memungkinkan kondisi ekonomi dan psikologis baik bagi warga negaranya, merupakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan kreatifitas. Terdapat sembilan faktor sosiokultural yang kreatif.
a.       Tersedianya sarana kebudayaan
b.      Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan
c.       Penekanan pada “becoming” (menjadi) bukan sekedar hanya pada “being” (sekedar ada)
d.      Memberikan kesempatan bebas terhadap media kebudayaan bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi
e.       Timbulnya kebebasan setelah pengalaman tekanan dan tindakan keras
f.       Keterbukaan terhadap kebudayaan yang berbeda, bahkan yang kontras.
g.      Toleransi dan minat terhadap pandangan yang divergen
h.      Adanya interaksi antara individu-individu yang berpengaruh
i.        Adanya insentif, penghargaan, atau hadiah
                  Selain itu sangat dibutuhkan kerjasama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga dan sekolah dapt bersama-sama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat, misalnya dengan memandu dan memupuk minat anak.  Perlu diadakan pertemuan berkala antara guru-guru yang membimbing anak berbakat dengan orangtua anak berbakat untuk bersama-sama membicarakan dan mambahas masalah-masalah yang timbul berkaitan dengan keberbakatan anak.






BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
                  Pengertian anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan yang lebih menonjol dari aspek intelektual, kreatif, seni, kepemimpianan atau bidang akademik tertentu yang menghasilkan prestasi tinggi.
                  Kerentanan (vulnerability) anak berbarkat terletak dalam tingkat kemungkinan yang lebih tinggi akan ketegangan emosional dan konflik sosial yang memerlukan tingkat adaptasi yang tinggi agar tidak mengganggu kesehatan mental dan berfungsinya secara umum. Kerentanan ini tampak pada semua anak berbakat, tetapi kebanyakan dari mereka mampu menggunakan kekuatan intelektual unggul mereka untuk penyesuaian diri secara efektif.

B.     Saran
                  Anak berbakat merupakan potensi lebih yang dimiliki oleh anak yang perlu dikembangkan. Pengembangan anak berbakat perlu dilakukan oleh dunia pendidikan yang lebih bermutu agar potensi-potensi luar biasa dapat tergali secara maksimal.